Bacaan: Kejadian 1: 1 – Kejadian 2: 7
DUNIA SEMESTA dimana kita hidup tidak terbentuk dengan sendirinya – tidak otomatis. Hamparan langit yang luas, yang menyilaukan kita saat hari-hari cerah, dan mengerutkan kening dan membuat mata berarir saat hari-hari yang tidak baik, tidak selalu membentuk sebuah lengkungan di atas bumi-rumah kita. Pada dahulu kala, tidak ada dunia sama sekali. Tidak ada sinar matahari yang bersinar, tidak ada bintang yang bisa berkelap-kelip, atau sinar bulan yang bermain-main di bawah bayang-bayang malam. Namun demikian pada saat dahulu kala juga Tuhan sudah ada; karena Tuhan pernah dan akan selalu sama pada setiap zaman.
Lalu pada awal waktu, Tuhan menciptakan dunia. Saat itu dunia tidak seperti yang kita lihat hari ini, karena pada awalnya air menutupi semuanya, dan semuanya gelap di mana-mana. Betapa dunia yang aneh dan tidak bersahabat, karena tidak ada makhluk hidup yang bisa tinggal di dalamnya! Tapi Tuhan merencanakan untuk membuatnya menjadi indah, maka Dia pun mencipta cahaya supaya bersinar. Cahaya ini disebut siang dan kegelapan Ia sebut Malam. Dan kemudian sore dan pagi hari yang pertama pun berlalu.
Pada hari kedua Tuhan membuat langit biru yang indah, dan ditempatkan di atas awan tanah yang tertutup air untuk membawa kelembaban bagi langit. Dia menyebut langit sebagai Surga. Pada hari ketiga Dia memeirntahkan air mengalir sampai ke tempat yang luas dan dalam, dan dia menyebutnya sebagai Laut. Tanah kering kemudian naik, dan ini disebut-Nya Bumi. Tapi belum ada rumput, bunga, atau pepohonan – seluruh bumi tandus dan sepi. Jadi Tuhan pun menciptakan hamparan rumput tumbuh di atas tanah kosong dan bunga-bunga indah tumbuh dari dalam bumi. Pepohonan dan tumbuh-tubuhan pun diciptakan sesuai kehendak-Nya. Ketika Tuhan melihat semua hal ini, dia melihat bahwa semua itu baik adanya.
Pada hari keempat muncul “lampu besar” yang kita lihat di langit – yaitu matahari, lalu ada bulan, dan bintang-bintang. Ini semua diciptakan-Nya untuk membedakan antara siang dan malam.
Setelah semua hal ini diadakan-Nya, Tuhan mulai menciptakan makhluk hidup. Dia membuat ikan dengan beragam jenis dan ukuran untuk berenang di laut dan burung dari beragam spesies untuk terbang di atas air dan daratan, seperti yang kita lihat saat ini. Dengan demikian dunia terus menjadi lebih menyenangkan, … dan demikianlah hari kelima dari minggu pertama pun berlalu.
Pada hari keenam Tuhan menciptakan semua binatang, besar dan kecil, dan setiap makhluk merayap. Lalu ada banyak kehidupan di hutan dan di dataran, begitu juga di udara dan di laut. Betapa dunia yang indah! Tetapi…masih seperti dunia yang aneh, karena tidak ada manusia di dalamnya! Tidak ada rumah tempat berteduh untuk tempat tinggal, tidak ada pria, wanita, atau anak kecil yang bisa dilihat. Betapa dunia yang sangat aneh!
Tapi Tuhan belum menyelesaikan pekerjaan penciptaan-Nya, karena Ia ingin agar ada manusia yang hidup di dunia indah yang telah dibuat-Nya itu. Manusia itu bisa menikmati keindahannya dan merawatnya karena tidak ada makhluk hidup lain yang bisa melakukannya. Dan lebih lagi, mereka bisa mengetahui siapa yang telah membuat semua hal hebat ini, dan mengenal Tuhan bahwa mereka dapat mencintai dan menyembah-Nya. Jadi, itulah yang membuat Allah mencipta manusia pertama. Dari debu tanah ia membuat tubuh pria itu, lalu ia menghembusi tubuh itu dengan nafas hidup dan demikianlah manusia menjadi jiwa yang hidup.
Manusia pertama ini dipanggil dengan sebutan Adam oleh Tuhan, dan kepada Adam diberi kuasa untuk menguasai semua makhluk lainnya. Semua hewan dibawa ke Adam, dan Adam memberi mereka masing sebuah nama. Tapi tidak satu pun dari mereka yang menurut Adam cocok untuk menjadi pembantunya, dan karena dia membutuhkan seorang pembantu, Tuhan menciptakan baginya wanita. Wanita ini menjadi istri Adam, dan dia sangat mencintainya. Dia memanggilnya dengan nama Hawa.
Ketika hari keenam berakhir, Tuhan telah menciptakan dunia dan telah meletakkan segala sesuatu di dalamnya sesuai keinginan-Nya, oleh karena itu pada hari ketujuh beristirahatlah Ia dari pekerjaan-Nya.